Florida, Seorang bayi berusia 18 bulan ditolak untuk ikut dalam penerbangan pesawat Amerika Serikat (AS). Usut punya usut, nama bayi perempuan ini masuk dalam daftar orang-orang alias teroris yang dilarang terbang oleh AS.
US no-fly list adalah daftar yang ditentukan oleh pemerintah AS, terutama dari pihak Terrorist Screening Center (TSC). Daftar ini berisi nama orang-orang yang tidak diperbolehkan masuk dalam penerbangan pesawat komersial, baik dari maupun ke luar AS.
Bayi yang diketahui bernama Riyanna ini bepergian dengan kedua orangtuanya yang tinggal di New Jersey, AS. Mereka hendak terbang kembali ke rumah mereka dari wilayah Fort Lauderbale, Florida, dengan menggunakan pesawat milik maskapai JetBlue, pada Selasa (8/5) waktu setempat. Namun ketika pesawat hendak lepas landas, salah seorang petugas maskapai JetBlue mendatangi mereka dan kemudian meminta mereka keluar pesawat.
"Dan saya bilang, 'Kenapa?' Dan kemudian dia (petugas) bilang, 'Bukan karena Anda atau suami Anda. Tapi putri Anda termasuk dalam daftar no-fly'," ujar ibunda Riyanna yang enggan disebut namanya kepada stasiun televisi setempat, WPBF-TV, dan dilansir oleh news.com.au, Jumat (11/5/2012).
Kemudian petugas tersebut mengawal Riyanna dan kedua orangtuanya hingga keluar pesawat JetBlue. Ayah balita tersebut meyakini bahwa keluarganya diusir karena mereka keturunan Timur Tengah, meskipun selama ini mereka lahir dan besar di New Jersey dan fasih berbahasa Inggris tanpa aksen asing.
"Ini konyol. Tidak masuk akal. Kenapa seorang anak berusia 18 bulan bisa masuk ke dalam daftar no-fly?" tanya ayah Riyanna.
Menanggapi kondisi ini, pihak Transportation Security Administration (TSA) mengaku heran. Menurut mereka, tidak seharusnya seorang anak masuk ke dalam daftar no-fly di AS. TSA menyatakan bahwa "pihak maskapai keliru dengan memasukkan seorang anak ke dalam daftar milik pemerintah."
Sementara itu, pihak JetBlue memberikan pembelaan mereka. Menurut mereka, boarding pass milik balita tersebut dikategorikan oleh sistem dalam komputer masuk dalam daftar no-fly. Mereka berdalih bahwa ada kesalahan komputer dalam hal ini.
"Kami meyakini bahwa ada kesalahan komputer. Petugas kami hanya mengikuti protokol yang berlaku, dan kami meminta maaf kepada pihak keluarga atas kondisi yang sangat disayangkan ini," imbuh JetBlue dalam pernyataannya.
US no-fly list adalah daftar yang ditentukan oleh pemerintah AS, terutama dari pihak Terrorist Screening Center (TSC). Daftar ini berisi nama orang-orang yang tidak diperbolehkan masuk dalam penerbangan pesawat komersial, baik dari maupun ke luar AS.
Bayi yang diketahui bernama Riyanna ini bepergian dengan kedua orangtuanya yang tinggal di New Jersey, AS. Mereka hendak terbang kembali ke rumah mereka dari wilayah Fort Lauderbale, Florida, dengan menggunakan pesawat milik maskapai JetBlue, pada Selasa (8/5) waktu setempat. Namun ketika pesawat hendak lepas landas, salah seorang petugas maskapai JetBlue mendatangi mereka dan kemudian meminta mereka keluar pesawat.
"Dan saya bilang, 'Kenapa?' Dan kemudian dia (petugas) bilang, 'Bukan karena Anda atau suami Anda. Tapi putri Anda termasuk dalam daftar no-fly'," ujar ibunda Riyanna yang enggan disebut namanya kepada stasiun televisi setempat, WPBF-TV, dan dilansir oleh news.com.au, Jumat (11/5/2012).
Kemudian petugas tersebut mengawal Riyanna dan kedua orangtuanya hingga keluar pesawat JetBlue. Ayah balita tersebut meyakini bahwa keluarganya diusir karena mereka keturunan Timur Tengah, meskipun selama ini mereka lahir dan besar di New Jersey dan fasih berbahasa Inggris tanpa aksen asing.
"Ini konyol. Tidak masuk akal. Kenapa seorang anak berusia 18 bulan bisa masuk ke dalam daftar no-fly?" tanya ayah Riyanna.
Menanggapi kondisi ini, pihak Transportation Security Administration (TSA) mengaku heran. Menurut mereka, tidak seharusnya seorang anak masuk ke dalam daftar no-fly di AS. TSA menyatakan bahwa "pihak maskapai keliru dengan memasukkan seorang anak ke dalam daftar milik pemerintah."
Sementara itu, pihak JetBlue memberikan pembelaan mereka. Menurut mereka, boarding pass milik balita tersebut dikategorikan oleh sistem dalam komputer masuk dalam daftar no-fly. Mereka berdalih bahwa ada kesalahan komputer dalam hal ini.
"Kami meyakini bahwa ada kesalahan komputer. Petugas kami hanya mengikuti protokol yang berlaku, dan kami meminta maaf kepada pihak keluarga atas kondisi yang sangat disayangkan ini," imbuh JetBlue dalam pernyataannya.