SEBELUM kita melihat bagaimana tanggapan histeris Israel atas
usulan Swedia untuk mendeklarasikan Al-Quds (jerusalem) timur sebagai
ibu kota Palestina. Tel Aviv menolak mentah-mentah mentah pembekuan
permukiman seluruh Al-Quds. Hal ini justru menimbulkan pertanyaan dan
keraguan. Ia juga membela habis-habisan atas kejahatanya terhadap
hak-hak Palestina di kota tersebut dengan berbagai alasan dan ungkapan
bahasa yang halus namun tersembunyi niat jahat dari Tel Aviv.
Ketika bangsa Israel berbicara tentang Al-Quds, biasanya tidak jauh dari
urusan agama atau klaim historis. Mereka menghubungkan keterkaitanya
dengan kota tersebut dengan bahasa yang berbeda-beda, atau bahkan
diada-adakan. Seperti, “Al-Quds adalah ibu kota negara kami yang suci
tak terbagi, telah lama kami memimpikan dapat kembali ke kota ini sejak
2000 tahun yang lalu”.
Mereka melihat bagaimana pentingnya kota ini bagi agama-agama di dunia,
dimana terdapat tiga agama Ibrahim AS berada di sini, maka pandangan
ngiler untuk menjadikan negara yahudi di sekitar Al-Quds semakin
memuncak. Terbukti dengan penjajahan mereka terhadap kota tersebut yang
tentunya kosong dari klaim-klaim agama yang mereka katakan. Dan ketika
bangsa Israel berbicara tentang “Quds tak terbagi”, maka mereka telah
melampaui batasan-batasan agama mereka yang mencaplok seluruh wilayah
Al-Quds berikut distrik yang bersebelahan.
Al-Quds dalam pandangan bangsa yahudi sekarang adalah seluruh wilayah yang telah mereka gabungkan secara sepihak sejak mereka menjajah kota tersebut tahun 1967. Perlu disebutkan di sini, seluruh dunia tidak setuju dengan perluasan penjajahan mereka. Bahkan semua pihak sepakat mengeluarkan sejumlah resolusi melalui Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan aksi tersebut.
Kita katakana, wilayah yang telah digabungkan dengan Al-Quds melalui
perampasan secara paksa meliputi sejumlah wilayah di sekitar Tepi Barat
yang cukup luas. Mencakup sejumlah perkampungan dan daerah. Hasilnya
kota Al-Quds dalam peta Israel saat ini sangat aneh. Ujung wilayah
Al-Quds terbentang mulai ke sebelah utaranya hingga pinggiran kota
Ramallah, sementara ke sebelah selatanya hingga kota Bet Lehem. Untuk
menancapkan kekuasaanya, Israel menamai seluruh wilayah yang telah
dikuasainya di sekitar Al-Quds dengan sebutan Al-Quds.
Mereka tak pernah ragu untuk terus memperluas wilayah permukimanya.
Disamping memberikan izin seluas-luasnya bagi warga Israel untuk tinggal
di wilayah sekitar Al-Quds. Hingga berdirilah sejumlah bangunan tinggi
dan apartemen megah di sepanjang perbatasan Al-Quds yang baru yang
diterapkan Zionis dengan kekuatan senjata.
Wilayah jajahan Israel saat ini telah mencapai 200.000 jiwa yang
mencekik daerah-daerah sekitar. Karena mereka menguasai seluruh wilayah
Al-Qud hingga lerengnya. Akibatnya perkampungan Palestina di sekitar itu
menjadi terkurung. Disamping secara sistematis Israel telah mematikan
pertumbuhan wilayah Palestina melalui perampasan tanah untuk kepentingan
proyek-proyek Israel. Mereka juga menerapkan sejumlah peraturan ketat
terhadap pergerakan warga Palestina yang tinggal di sana dan menutup
sejumlah sentra ekonomi milik warga.
Dengan demikian pembagian wilayah secara hakiki memang tidak terjadi.
Yaitu al-Quds tidak dibagi misalnya ke dalam wilayah barat atau
timurnya. Akan tetapi dengan memisahkan Al-Quds dan sekitarnya dari
wilayah Tepi Barat.
Bohong besar bila selama ini Israel
mengklaim tentang penyatuan Al-Quds dengan arti yang mereka maksud.
Kalaulah kita memandang Al-Quds dari wilayah lebih tinggi, akan tampak
dengan jelas apa yang disebut oleh mereka sebagai “jalur hijau” pada
peta Al-Quds tahun 1967.
Di sebelah barat Al-Quds tampak sejumlah bangunan tinggi dengan
jalan-jalan dan infra setruktur di dalamnya. Sementara di sebelah
timurnya, tampak perkampungan kumuh yang buruh renovasi pembanggunan
serta infra setruktur yang sangat kurang. Hal mana terlihat sejauh mana
kebijakan Zionis yang diskriminatif terhadap warga Arab. Tidak tampak
ada bangunan baru di wilayah timur, kecuali di wilayah permukiman Israel
yang telah digabungkan dengan kota Al-Quds.
Dengan demikian, pembicaraan tentang penyatuan Al-Quds adalah sebua
kebohongan besar. Tidak dimaksudkan kecuali untuk menghapuskan hakikat
permukiman Zionis yang ujung-ujungnya untuk menggabungkanya dengan
Al-Quds timur secara geografis. Bagi siapa yang ingin menyelidiki sejauh
mana penghapusan ini dilakukan Israel, ia bisa menyewa taksi milik
Israel dari Al-Quds barat dan minta diantarkan ke wilayah Arab yang
berdampingan dengan Al-Quds timur. Ia pasti akan melihat pembagian kota
ini secara pasti.
Dan semua ini menunjukan bahwa Israel tidak mesti bersusah payah untuk
memasivkan permukiman Yahudi di wilayah Al-Quds raya, dengan kebijakan
seperti ini sebenarnya mereka sudah menciptakan apa yang mereka
inginkan.