-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Operasi Ganti Kelamin Pertama Di Dunia

Sabtu, 28 September 2013 | September 28, 2013 WIB Last Updated 2013-11-16T06:27:57Z
Raa Pramuja - Meski operasinya sukses, Christine merasa kesepian karena sulit menemukan pria.

NEW YORK - Berita mengenai operasi ganti kelamin yang pertama kali dilakukan, salah satu yang pertama kali menggabungkan antara operasi dan terapi hormon, diumumkan pada tahun 1952, atau tepat 60 tahun lalu.



"Bekas tentara menjadi perempuan berambut pirang yang cantik!" tulis salah satu judul utama surat kabar ketika berita mengenai operasi ganti kelamin ini terkuak di Amerika Serikat (AS).

Lelaki pendiam dari New York, George Jorgensen, mengejutkan negeri adidaya itu ketika kembali dari liburan ke Denmark berubah menjadi Christine yang glamor.

Dengan tubuh tinggi langsing, perempuan berambut pirang berusia 27 tahun itu dibalut dengan mantel bulu keluar dari pesawat di New York, bulu matanya yang panjang, tulang pipinya yang tinggi dan bibirnya yang disapu lipstik merah berhasil mengubah penampilannya yang dulunya dikenal sebagai lelaki pemalu itu. Jorgensen besar di Bronx dalam sebuah keluarga besar yang akrab satu sama lain.

Meski memiliki masa kecil yang berbahagia, ketika remaja ia merasa yakin jika dirinya terperangkap dalam tubuh yang salah.

"Dalam foto-foto dari tahun ke tahun Jorgensen terlihat sangat menyerupai laki-laki homo, yang bisa membuatnya terlibat masalah," kata Teit Ritzau, seorang dokter Denmark dan pembuat film dokumenter yang mengenal Christine Jorgensen ketika membuat film tentang kehidupannya di tahun 1980-an.

"Jorgensen muda tidak pernah mengidentifikasi dirinya dengan homoseksualitas namun lebih pada seorang perempuan yang kebetulan berada di dalam tubuh laki-laki," katanya.

Dalam buku biografinya Jorgensen mengatakan bahwa ketika ia masih hidup sebagai George, meski tertarik pada laki-laki ia merasa sakit secara fisik ketika ada laki-laki yang mengajaknya berhubungan intim.

Namun di akhir tahun 1940-an, ketika sempat bertugas sebentar sebagai anggota militer AS, Jorgensen menemukan artikel mengenai dokter Denmark Christian Hamburger yang bereksperimen melakukan terapi gender dengan melakukan perobaan hormon pada binatang. Ia mulai mendekati Hamburger agar membantunya menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya.

Kedua orang tua Jorgensen sama-sama berdarah Denmark sehingga koneksi keluarga membuatnya mudah untuk pergi ke sana, tahun 1950 ia terbang menuju Copenhagen tanpa memberitahu siapapun mengenai tujuan utamanya.

"Saya merasa sedikit gugup kerena ada banyak orang di masa itu yang bersikeras menganggap saya gila," kenang Jorgensen dalam wawancara yang berlangsung bertahun-tahun setelah transformasi yang dilakukannya. "Namun Dr Hamburger tidak merasa ada yang aneh mengenai hal ini."

Hamburger adalah dokter pertama yang mendiagnosis Jorgensen sebagai transeksual.

Langkah pertama untuk menjadi perempuan adalah menjalani terapi hormon perempuan yang berlangsung begitu lama. Hamburger meminta Jorgensen agar memakai identitas perempuan dan mulai mengenakan pakaian perempuan di depan publik.

Ketika terapi hormon mulai memperlihatkan tanda-tanda berhasil, Hamburger memberitahukan perubahan ini kepada pasiennya.

"Tanda awal adalah terjadinya peningkatan ukuran kelenjar susu dan kemudian rambut mulai tumbuh di bagian kepala pasien yang sebelumnya botak," jelasnya. "Akhirnya seluruh badan berubah dari laki-laki menjadi bentuk tubuh perempuan."

Jorgensen juga ditangani oleh psikolog, Dr. Georg Sturup, yang menerima pengakuannya yang meyakinkan bahwa ia ingin menjalani operasi ganti kelamin.

Hasilnya, Sturup sukses mengajukan petisi kepada pemerintah Denmark untuk mengubah UU agar mengizinkan dilakukannya operasi ganti kelamin.

Akhirnya, setelah lebih dari satu tahun menjalani terapi hormon, Jorgensen menjalani operasi pertama dari serangkaian operasi yang harus dijalaninya untuk mengubah alat kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan.

Apa yang terjadi selama serangkaian operasi ini tidak disebutkan secara jelas, namun kemungkinan Hamburger dan timnya mengikuti proses yang pernah dilakukan oleh sekelompok ahli bedah beberapa dekade sebelumnya.

Upaya pertama untuk melakukan operasi ganti kelamin modern dilakukan di Berlin tahun 1930-an terhadap pasien yang dikenal sebagai Lili Elbe. 

Operasi itu gagal dan Elbe meninggal akibat operasi terakhir yang dijalaninya, namun catatan medis dari upaya percobaan itu dipakai oleh tim dokter Denmark sebagai langkah awal mereka melakukan operasi serupa.

Kini, operasi ganti kelamin dilakukan dengan membuat sayatan di skrotum dan menarik ujung syaraf penis di dalam tubuh untuk membentuk vagina namun pergantian bentuk penis buatan operasi ini belum ditemukan hingga beberapa tahun setelah operasi Jorgensen dilakukan.

"Kelihatannya operasi ini cukup berhasil memuaskan Jorgensen," kata pembuat film dokumenter ini, Teit Ritzau.

"Nampaknya tidak terjadi komplikasi dan tidak ada dampak negatif dari perawatan yang dijalaninya, yang merupakan hal yang cukup luar biasa mengingat betapa primitifnya teknologi pada saat itu."

Christine Jorgensen menolak untuk menyebutkan secara detil mengenai anatomi barunya, atau bagaimana miripnya bentuk anatomi barunya itu jika dibandingkan dengan perempuan asli, namun dalam wawancara ia sempat mengutarakan hal itu secara umum.

"Semua orang memiliki dua jenis kelamin dalam kadar yang berbeda-beda. Saya lebih merupakan seorang perempuan ketimbang pria ... Tentu saja saya tidak akan pernah bisa memiliki anak tapi ini tidak berarti bahwa saya tidak dapat melakukan hubungan seksual alami - Saya sekarang berada dalam posisi sebagai seorang perempuan yang menjalani histerektomi (pengangkatan rahim)," katanya tahun 1958.

Setelah menjalani operasi, Christine menulis surat kepada orang tuanya di New York. "Alam telah berbuat kesalahan yang sudah saya perbaiki, dan sekarang saya adalah anak perempuan ayah dan ibu."

Keluarganya kelihatannya sangat mendukung keputusan Jorgensen dan ia kemudian mengatakan bahwa ibunya selalu mengetahui kalau putranya berbeda.

Saat kembali ke AS, Jorgensen disambut dengan rasa ingin tahu, ketertarikan, dan rasa hormat baik oleh media maupun publik. Hanya ada segelintir orang yang bersikap memusuhi.

Hollywood menyambut baik kehadirannya. Bisnis pertunjukan dan kontrak film mulai berdatangan, Jorgensen diundang ke hampir semua pesta glamor dan bahkan memberikan mahkota kepada pemenang 'Wanita Tahun Ini" versi Komunitas Skandinavia di New York.

"Saya kira mereka semua ingin melihat saya," kata Jorgensen suatu ketika.

Selama tahun 1960-an dan 1970-an Jorgensen menjalani masa kehidupan yang menyenangkan, berkeliling AS menyanyi dan tampil dalam acara bertajuk namanya sendiri.

Namun dalam kehidupan pribadi ia kurang beruntung. Hubungan seriusnya yang pertama putus tak lama setelah mereka bertunangan. Hubungan berikutnya hanya berjalan sampai kantor catatan sipil, jarena Jorgensen ditolak untuk mendapatkan akte pernikahan ketika ia menunjukkan akte kelahirannya yang terlahir sebagai laki-laki.

"Saya belum menemukan lelaki yang tepat," ungkapnya kepada para wartawan yang selalu ingin tahu perihal kehidupannya.

Ritzau meyakini bahwa Jorgensen adalah seorang pribadi yang puas dengan apa yang dimilikinya, meski jelas ia merasa kesepian.

"Ada masa-masa naik dan turun dan saya kira dia punya sedikit masalah dengan minuman keras, namun pada akhirnya ia sangat jujur dan dia mengatakan kepada saya bahwa teman terbaik yang dimilikinya adalah dirinya sendiri," ujar Ritzau.

Jorgensen meninggal karena kanker di usia 62 tahun, tahun 1989.

Hanya beberapa tahun sebelum ia meninggal, ia sempat kembali ke Denmark untuk bertemu kembali dengan para dokter yang membantunya selama menjalani masa transformasinya. Berbicara di depan media, ia mengakui bahwa kasusnya menjadi tonggak terjadinya sejarah baru.
"Kami tidak memulai revolusi seksual tapi saya kira kami memberikan tendangan yang baik di celana!"

Sumber : BBC
×
Berita Terbaru Update